MENGINGAT MATI, CARA DAN FAEDAHNYA
Mengingat Mati, Cara dan Faedahnya
❓Soal :
Benarkah kita diperintahkan untuk mengingat kematian ? Bagaimana kita mengingat kematian dan apa faedah-faedahnya ?
📝 Jawab:
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله , اما بعد
“Benar, kita disyariatkan untuk banyak mengingat kematian.
Dalam sebuah hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
(( اكثروا ذكر هاذم اللذات )) يعني الموت
“Perbanyaklah oleh kalian mengingat perkara yang memutuskan kenikmatan, yaitu kematian.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam As-Sunan (4/553 no. 2307) beliau berkata: Hadits ini Hasan Shahih Ghorib. Berkata An-Nawawi : Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan An Nasai dan Ibnu Majah dengan sanad-sanad shohih semuanya sesuai syarat Al-Bukhori dan Muslim (Al-Majmu (5/105). Hadits ini dishahihkan Al-albani.
📍 Untuk mengingat kematian, banyak perkara yang disyariatkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم diantaranya:
- Beliau mensyariatkan ziarah kubur. Beliau bersabda:
_“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, berziarah kuburlah kalian karena dengan itu mengingatkan kalian kepada kampung akhirat.” - Dalam dzikir harian yang diajarkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga mengingatkan kita kepada kematian seperti dzikir sebelum tidur dan ketika bangun tidur.
- Disyariatkan kita menjenguk orang yang sakit
- Disyariatkan kita bertakziyah, menyalati jenazah saudara kita dan mengantarkannya ke pemakaman.
➡️ Adapun faedah mengingat kematian, banyak faedah yang bisa dipetik. Dalam sebuah atsar diriwayatkan:
من اكثر ذكر الموت اكرم بثلاثة اشياء : تعجيل التوبة , و قناعة القلب , و نشاة العبادة . ومن نسي الموت عوقب بثلاثة اشياء : تسويف التوبة , و ترك الرضا بالكفاف , و التكاسل في العبادة
“Siapa yang banyak mengingat kematian akan dimuliakan dengan tiga perkara: segera dalam bertaubat, qona’ah dalam hatinya dan kesemangatan dalam beribadah ; dan siapa yang lupa kematian akan menimpanya tiga perkara: Menunda-nunda taubat, tidak ridho dengan rizki dan malas dalam beribadah.”
(Atsar ini dinukil oleh Al-Qurthubi dalam At-Tadzkiroh (1/126), disebutkan pula oleh Al-Munawi dalam Faidhul Qodir (2/85) dari Al-Laffaf rahimahulloh.)
📝 (Dijawab oleh: Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc)